Termometer dibagi menjadi
tiga, yaitu termometer zat cair, termometer bimetal, dan termometer kristal cair.
a.
Termometer zat cair
Secara umum, benda-benda di alam akan memuai (ukurannya
bertambah besar) jika suhunya naik. Kenyataan ini dimanfaatkan untuk membuat
termometer dari zat cair. Zat cair yang digunakan umumnya raksa atau alkohol jenis
tertentu. Raksa memiliki keistimewaan, yaitu warnanya mengkilat dan cepat
bereaksi terhadap perubahan suhu. Selain itu, raksa membeku pada suhu rendah
(-38 °C) dan mendidih pada suhu yang tinggi (lebih dari 350 °C) sehingga dapat
mengukur suhu pada rentang suhu yang lebar. Namun, raksa sangat beracun,
sehingga berbahaya jika termometer pecah.
Alkohol untuk pengisi termometer biasanya diberi pewarna
biru atau merah. Rentang suhu yang dapat diukur bergantung jenis alkohol yang
digunakan, contohnya:
·
Toluen, dengan rentang -90 °C hingga 100 °C
·
Ethylalcohol, dengan rentang -110 °C hingga 100 °C
Alkohol tidak seberbahaya raksa dan mudah menguap, sehingga lebih aman digunakan sebagai pengisi
termometer.
Beberapa termometer yang menggunakan zat cair :
1) Thermometer laboratorium
Bentuknya panjang dengan skala dari -10°C sampai
110°C menggunakan raksa, atau alkohol seperti ditunjukkan pada gambar.
2)
Termometer
suhu badan
Termometer ini digunakan untuk mengukur suhu badan
manusia. Skala yang ditulis antara 35 °C dan 42 °C. Pipa di bagian bawah dekat
labu dibuat sempit sehingga pengukuran lebih teliti akibat raksa tidak segera
turun ke labu/reservoir.
b.
Termometer bimetal
Perhatikan dua logam yang
jenisnya berbeda dan dilekatkan menjadi satu pada gambar. Jika suhunya berubah,
bimetal akan melengkung. Mengapa? Karena logam yang satu memuai lebih panjang
dibanding yang lain. Hal ini dimanfaatkan untuk membuat termometer.
c.
Termometer kristal cair
Tidak ada komentar:
Posting Komentar