Terumbu karang adalah sekumpulan hewan
karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanthellae.
Hewan karang bentuknya aneh, menyerupai batu dan mempunyai warna dan bentuk
beraneka rupa. Hewan ini disebut polip, merupakan hewan pembentuk utama terumbu
karang yang menghasilkan zat kapur. Polip-polip ini selama ribuan tahun
membentuk terumbu karang.
Zooxanthellae adalah suatu jenis
algae yang bersimbiosis dalam jaringan karang. Zooxanthellae ini melakukan
fotosintesis menghasilkan oksigen yang berguna untuk kehidupan hewan karang. Terumbu
karang merupakan ekosistem laut dangkal tropis yang paling kompleks dan
produktif. Terumbu karang juga merupakan ekosistem yang rentan terhadap
perubahan lingkungan, namun tekanan yang dialaminya semakin meningkat seiring
dengan penambahan jumlah penduduk dan aktivitas masyarakat di wilayah pesisir. Secara
alami, terumbu karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk
melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, makan dan mencari makan (feeding
& foraging), terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis
penting. Banyaknya spesies makhluk hidup laut yang dapat ditemukan di terumbu
karang menjadikan ekosistem ini sebagai gudang keanekaragaman hayati laut
Habitat
Terumbu Karang
Terumbu karang pada umumnya hidup di
pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang
lebih 50 m dibawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh
di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun
terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanthellae dan tidak membentuk
karang. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis,
sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas,
sedimentasi, eutrofikasi dan
memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan
suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang
(coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama
peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan
Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.
Kondisi
Optimum
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang
biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi lingkungan hidup yang optimal,
yaitu pada suhu hangat sekitar di atas 20 °C. Terumbu karang juga memilih hidup
pada lingkungan perairan yang jernih
dan tidak berpolusi. Hal ini dapat berpengaruh pada
penetrasi cahaya oleh terumbu karang.
Beberapa terumbu karang membutuhkan
cahaya matahari untuk melakukan kegiatan
fotosintesis.
Polip-polip penyusun terumbu karang yang terletak pada bagian atas terumbu
karang dapat menangkap makanan yang terbawa arus laut dan juga melakukan fotosintesis.
Oleh karena itu, oksigen-oksigen hasil fotosintesis
yang terlarut dalam air dapat dimanfaatkan oleh spesies laut lainnya. Hewan
karang sebagai pembangun utama terumbu adalah organisme laut yang efisien
karena mampu tumbuh subur dalam lingkungan sedikit nutrien (oligotrofik).
Fotosintesis
Proses fotosintesis oleh alga
menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat
dengan menghilangkan karbon dioksida dan merangsang reaksi kimia. Fotosintesis
oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan
deposit cangkang yang terbuatdari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih
cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu (ahermatipik)
dan tidak bersimbiose dengan zooxanthellae.
Karakteristik
Terumbu Karang
1.
Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang
penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar.
Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan
ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian
endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam,
pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi),
P. Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2.
Terumbu karang penghalang (barrier
reefs)
Terumbu karang ini terletak pada
jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan
dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon
(kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan
membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Great Barrier Reef
(Australia), Spermonde (Sulawesi Selatan), Banggai Kepulauan (Sulawesi Tengah).
3.
Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin
yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak
terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan
proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45
meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau
Dana (NTT), Mapia (Papua)
4.
Terumbu karang datar/Gosong terumbu
(patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs),
terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh
dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu
pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal
atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI
Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
A.
Jenis-Jenis Terumbu Karang
1.
Acropora Cervicornis
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora cervicornis
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni dapat terhampar
sampai beberapa meter, Koloni arborescens, tersusun dari cabang-cabang yang silindris.
Koralit berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan.
Warna : Coklat muda.
Kemiripan : A. prolifera, A.
formosa.
Distribusi : Perairan Indonesia, Jamaika,
dan Kep. Cayman.
Habitat : Lereng karang bagian
tengah dan atas, juga perairan lagun yang jernih.
2.
Acropora Elegantula
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora elegantula
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni korimbosa seperti
semak. Cabang horisontal tipis dan menyebar. Aksial koralitnya jelas.
Warna : Abu-abu dengan warna
ujungnya muda.
Kemiripan : A. aculeus, dan A.
elseyi.
Distribusi : Perairan Indonesia,
Srilanka.
Habitat : Fringing reefs yang
dangkal.
3.
Acropora Acuminate
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora acuminate
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bercabang. Ujung
cabangnya lancip. Koralit mempunyai 2 ukuran.
Warna : Biru muda atau coklat.
Kemiripan : A. hoeksemai, A
abrotanoides.
Distribusi : Perairan Indonesia,
Solomon, Australia, Papua New Guinea dan Philipina.
Habitat : Pada bagian atas atau bawah
lereng karang yang jernih atau pun keruh.
4.
Acropora Micropthalma
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora micropthalma
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni bisa mencapai 2
meter luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil,
berjumlah banyak dan ukurannya sama.
Warna : Abu-abu muda, kadang coklat
muda atau krem.
Kemiripan : A. copiosa, A. Parilis,
A. Horrida, A.Vaughani, dan A. exquisita.
Distribusi : Perairan Indonesia,
Solomon, Australia.
Habitat : Reef slope bagian atas,
perairan keruh dan lagun berpasir.
5.
Acropora Millepora
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora millepora
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berupa korimbosa
berbentuk bantalan dengan cabang pendek yang seragam. Aksial koralit terpisah. Radial
koralit tersusun rapat.
Warna : Umumnya berwarna hijau,
orange, merah muda, dan biru.
Kemiripan : Sepintas karang ini
mirip dengan A. convexa, A.prostrata, A. aspera dan A. pulchra.
Distribusi : Tersebar dari Perairan
Indonesia, Philipina dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak
hidup diperairan.
6.
Acropora Rosaria
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora Rosaria
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : koloni seperti semak,
cabang utama mempunyai cabang sekunder, aksial koralit besar dan berbentuk
kubah tetapi tidak panjang. Radial koralit seperti kantung dan semua koralit
mempunyai dinding tebal.
Warna : Umumnya berwarna krem, coklat,
biru dan merah muda.
Kemiripan : Sepintas karang ini
mirip dengan A. loripes.
Distribusi : Tersebar dari Perairan
Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak
hidup di perairan dangkal.
7.
Acropora Latistella
Family : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora latistella
Kedalaman : Karang ini banyak
dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.
Ciri-ciri : Koloni berbentuk
korimbosa atau bergumpal. Aksial koralit biasanya terpisah. Radial koralit
melingkar. Tentakel biasanya setiap hari bertambah panjang.
Warna : Umumnya berwarna krem,
keabu-abuan, coklat, hijau dan kuning.
Kemiripan : Sepintas karang ini
mirip dengan A. subulata,A. valid, A. nana dan A. dendrum.
Distribusi : Tersebar dari Perairan
Indonesia, Philipina, Papua New Guinea dan Australia.
Habitat : Karang ini umumnya banyak
hidup di perairan dangkal.
Manfaat
Terumbu Karang
Fungsi Terumbu Karang
Dalam konteks ekonomi, terumbu
karang menyediakan sejumlah manfaat yang dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu manfaat berkelanjutan dan manfaat yang tidak berkelanjutan.
Manfaat Berkelanjutan
a.
Perikanan lepas pantai.
Berbagai sumber daya ikan pelagis
(misalnya Scombridae, Exocoetidae, Carangidae, Charcharinidae) bergantung pada ekosistem
terumbu karang, baik sebagai lokasi memijah, membesarkan anak, dan makan.
b.
Perikanan terumbu.
Empat kelompok sumber daya ikan
terumbu yang penting bagi nelayan :
1)
Ikan, misalnya Muraenidae,
Serranidae, Holocentridae, Lutjanidae, dll.
2)
Avertebrata, misalnya Gastropoda,
Bivalva, Krustasea,Cephalopoda, Ekhinodermata, Coelenterata.
3)
Reptil, misalnya ular laut dan
penyu.
4)
Makrofita, misalnya alga dan lamun.
c.
Perlindungan pantai dan pulau kecil.
d.
Wisata bahari.
e.
Marikultur.
f.
Bioteknologi-Perdagangan biota
ornamental.
g.
Wilayah perlindungan-Penambangan
pasir karang.
h.
Kerajinan suvenir-Penelitian dan
pendidikan.
Berbagai manfaat yang dapat
diperoleh manusia dari ekosistem terumbu karang, perlu diatur pengelolaannya
karena terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan akan perubahan lingkungan
dan memiliki daya dukung terbatas. Dengan demikian, beberapa manfaat berkelanjutan
yang awalnya mampu disediakan pada akhirnya tidak berkelanjutan karena laju
pemanfaatannya yang berlebihan atau metode yang digunakan bersifat merusak
(destruktif) seperti penangkapan ikan menggunakan racun sianida atau bom.
Aktivitas seperti pengumpulan biota ornamental (kerang Conus, bintang laut Linckia)
yang pada awalnya hanya bertujuan sebagai hobi atau koleksi, apabila sudah
bersifat ekstraktif dan bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar (perdagangan)
akan berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem alami terumbu karang.
Dampak terbesar dan paling merusak
yang mungkin terjadi atas ekosistem terumbu karang adalah pembangunan pesisir
yang pesat akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya berbagai kebutuhan
manusia (pemukiman, perikanan, industri, pelabuhan, dan lain-lain). Hal ini
akan memicu peningkatan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumber daya
hayati yang terkandung didalamnya.
Manfaat Yang Tidak Berkelanjutan
a.
Aktivitas ekstratif.
b.
Perikanan dengan metode destruktif.
c.
Pengumpulan organisme terumbu.
d.
Perdagangan biota ornamental.
e.
Pembangunan pesisir.
Fungsi
Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan :
a.
Ekosistem laut dangkal tropis yang
paling kompleks dan produktif.
b.
Ekosistem yang berperan penting
dalam siklus biogeokimia secara global.
c.
Habitat bahari kritis yang berperan
dalam keberlangsungan fungsi ekosfer bumi.
-
Habitat pemijahan, peneluran,
pembesaran anak, dan mencari makan bagi sejumlah besar organisme lau, terutama
yang memiliki nilai ekonomis penting.
d.
Gudang keanekaragaman hayati laut.
-
Pelindung sempadan pantai &
ekosistem pesisir lain dari aksi gelombang ganas dan dampak destruktif badai.
e.
Penyokong keberadaan pulau kecil
yang ada di sekitarnya.
f.
Sumber penting bahan bioaktif yang
diperlukan manusia.
g.
Rekaman alami dari variasi iklim dan
lingkungan di masa silam.
h.
Wahana rekreasi.
i.
Wahana pendidikan.
Berdasarkan fungsinya dalam
pembentukan terumbu (hermatype-ahermatype) dan ada/tidaknya alga simbion
(symbiotic-asymbiotic), maka karang terbagi menjadi empat kelompok berikut :
1)
Hermatypes-symbionts.
Kelompok ini terdiri dari anggota
karang pembangun terumbu yaitu sebagian besar anggota Scleractinia (karang
batu), Octocorallia (karang lunak) dan Hydrocorallia.
2)
Hermatypes-asymbionts.
Kelompok ini merupakan karang dengan
pertumbuhan lambat yang dapat membentuk kerangka kapur masif tanpa bantuan
zooxanthellae, sehingga mereka mampu untuk hidup di dalam perairan yang tidak
ada cahaya. Di antara anggotanya adalah Scleractinia asimbiotik dengan
genusTubastrea dan Dendrophyllia, dan hydro-corals jenis Stylaster rosacea.
3)
Ahermatypes-symbionts
Anggota kelompok ini antara lain
dari genus Heteropsammia dan Diaseris (Scleractinia: Fungiidae) dan Leptoseris
(Agaricidae) yang hidup dalam bentuk polip tunggal kecil atau koloni kecil
sehingga tidak termasuk dalam pembangun terumbu. Kelompok ini juga terdiri dari
Ordo Alcyonacea dan Gorgonacea yang mempunyai alga simbion namun bukan
pembangun kerangka kapur masif (matriks terumbu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar